
Saat ini, perkembangan dunia medis dan teknologi telah mencapai kemajuan pesat. Oleh sebab itu, banyak obat yang sudah diciptakan untuk menangani berbagai jenis penyakit. Meski demikian, beberapa penelitian menyatakan bahwa sejumlah penyakit masih menjadi misteri bagi para dokter dan ilmuwan. Penderita masalah kesehatan tersebut tidak dapat disembuhkan secara permanen, sehingga sering mengakibatkan kematian. Salah satunya adalah asma.
Siapa yang tidak mengenal asma? Meski terdengar umum, penyakit ini sebenarnya lebih berbahaya daripada yang Anda sadari. Penderitanya kerap mengalami batuk, bersin, dan sesak napas akibat penyempitan saluran respirasi dan produksi lendir yang berlebihan. Saluran pernapasan juga sangat sensitif terhadap beberapa rangsangan, seperti asap rokok, debu, cuaca yang tak bersahabat, serta serbuk sari. Ini tentu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pengidapnya.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita asma di dunia saat ini diprediksi mencapai 300 juta. Ini akan terus bertambah hingga 400 juta pada 2025. Sementara menurut Ketua Umum Dewan Asma Indonesia (DAI), Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P.(K), salah satu faktor yang diperkirakan menjadi penyebab kenaikan angka tersebut adalah perubahan kualitas udara dan pola hidup masyarakat.
Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, asma tergolong penyakit tidak menular (PTM) yang paling banyak diidap masyarakat. Jumlah penderitanya 4,5 persen atau lebih dari 11 juta penduduk. Penyakit yang sering disebut the silent killer ini juga dapat menyerang siapa pun, termasuk generasi muda. Hal tersebut bisa berdampak buruk terhadap sumber daya manusia dan perekonomian di masa yang akan datang. Apalagi pada 2030—2040, Indonesia akan menghadapi bonus demografi, ketika kelompok usia produktif akan lebih banyak daripada kelompok usia nonproduktif.
Lalu, bagaimana cara mengatasi gangguan ini?
Walaupun penderitanya tidak dapat diobati, gejala asma masih bisa dikendalikan. Salah satu caranya yaitu mengonsumsi madu. Selain memberikan hasil yang efektif, cairan alami yang dihasilkan oleh lebah ini juga tidak menimbulkan efek samping.
Cara Kerja Madu dalam Meringankan Gejala Asma
Batuk adalah salah satu gejala yang sering dialami penderita asma pada malam hari. Menurut para peneliti dari University of California, konsumsi dua sendok teh madu sebelum tidur mampu membantu penderita meredakan gejala tersebut. Sebab, bahan alami yang telah dimanfaatkan lebih dari 5.000 tahun ini dapat mendorong produksi air liur untuk mengurangi iritasi tenggorokan.
Selain batuk, mengi atau sesak napas termasuk gejala asma. Penyebabnya adalah sumbatan lendir di saluran pernapasan dan peradangan di bronkial paru-paru. Madu dapat membantu pelunturan lendir serta memiliki sifat anti-inflamasi yang bisa mengurangi peradangan tersebut. Apabila gejala tersebut reda, penderitanya akan mampu tidur dengan nyenyak.
Untuk memperoleh manfaat di atas, Anda bisa mengonsumsi madu yang lebih gelap ataupun terang. Namun, madu yang lebih gelap memberikan manfaat lebih efektif. Dan untuk mengonsumsinya, Anda bisa menggunakan berbagai cara, baik dengan meminumnya langsung maupun dicampur dengan air hangat atau air teh.
Sekarang, kami menawarkan madu yang berbeda dengan madu pada umumnya. Yang ini madu spesial dan paling banyak dicari masyarakat sejak tahun 2014 silam. Yaitu, Madu Bima 99. Madu Bima 99 ini berasa pahit karena diproduksi oleh lebah Apis mellifera, yang mengonsumsi nektar kuncup pohon-pohon pahit, seperti pelawan, paitan, kaliandra, dan mahoni.
Menurut sejumlah konsumen, madu yang pahit, hitam, dan kental sangat dahsyat. Karena, tak lama setelah meminumnya, tubuh sudah dapat merasakan manfaatnya. Beragam keluhan telah banyak yang berkurang setelah penderitanya rutin mengongsumsi madu ini.
Madu Bima 99 sudah bisa didapatkan di sebagian apotek, toko obat, dan outlet lainnya di kota Anda.
