
Ada orang yang ketika muda kegiatan fisiknya biasa-biasa saja. Dia bukan pekerja berat, bukan olahragawan, bukan body builder, dan tidak pula macho. Tapi, di hari tuanya fisiknya bugar, dengkulnya sehat, dan ia rajin berolahraga. Bahkan, olahraganya tergolong berat.
Sebaliknya, ada orang yang ketika mudanya tergolong olahragawan. Fisiknya kuat, napasnya panjang, bodinya macho, dan dengkulnya tangguh. Namun, ketika umurnya baru setengah baya, 50 tahun, fisiknya tak lagi bisa diajak berolahraga. Performance-nya loyo, spiritnya rendah, dan dengkulnya lemas. Mengapa demikian?
Jika tak ada faktor kecelakan atau faktor lain yang tak bisa dihindari, penyebab utamanya adalah faktor perawatan fisik, termasuk di dalamnya penerapan pola hidup sehat. Dan, berkaitan dengan judul di atas, tentu di sini yang sangat penting dilakukan adalah perawatan dengkul.
Masalah dengkul bisa disebabkan oleh banyak penyakit. Tapi, yang paling sering adalah osteoartritis dan osteoporosis.
Berkaitan dengan osteoporosis, data statistik 2006 menunjukkan bahwa sebanyak 23 persen wanita Indonesia yang berusia 50-80 tahun menderita osteoporosis alias pengeroposan tulang.
Bagaimana dengan sekarang? Entahlah. Yang jelas, risiko wanita mengidap osteoporosis empat kali lebih besar dari pria. Meski demikian, penyakit ini juga bisa menyerang pria, bahkan wanita muda dan anak-anak. Diperkirakan, penyebab utamanya adalah kekurangan kalsium.
Di fase awal, umumnya penyakit ini tak menampilkan tanda-tanda. Namun, beberapa kondisi berikutnya dapat menjadi gejalanya, antara lain sakit di punggung, postur tubuh terbungkuk, tinggi badan berkurang, dan sering mengalami cedera tulang.
Berkurangnya kepadatan dapat membuat tulang rentan untuk retak. Dan, keretakan biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan, lengan, atau pangkal paha.
Tulang beregenerasi dari waktu ke waktu. Saat kanak-kanak, tulang tumbuh dan mampu memperbarui diri dengan cepat. Pada usia 16-18 tahun, tulang perlahan-lahan berhenti tumbuh, sementara massanya terus bertambah hingga akhir usia 20-an. Tapi, proses ini melambat bersama pertambahan usia. Perlahan, kepadatan tulang berkurang, dan proses ini dimulai di umur 35.
Bagaimana mengatasinya? 1️⃣ Kurangi konsumsi gula. 2️⃣ Pilih makanan yang kaya vitamin D dan kalsium. 3️⃣ Lakukan deteksi dini berupa pemeriksaan densitas tulang. 4️⃣ Dapatkan paparan sinar matahari pagi yang cukup. 5️⃣ Lakukan olahraga beban yang cukup. 6️⃣ Jaga keseimbangan estrogen. 7️⃣ Konsumsi kolagen, karena ia bisa membantu tubuh meningkatkan kepadatan tulang dengan cara meregenerasi tulang rawan.
Kini, banyak produk berbasiskan kolagen yang ditawarkan. Namun, 80%-nya berasal dari luar negeri. Berbeda dengan Kola Go, minuman serbuk produksi dalam negeri yang mengandung kolagen halal. Selain kolagen, Kola Go mengandung whey, untuk menambah massa otot. Juga ada mineral alga, untuk mendapatkan kalsium dan fosfor. Berikutnya, fiber, untuk memperlancar pencernaan, cokelat, untuk menambah rasa, dan dextrose, sebagai pemanis yang tidak berbahaya bagi penderita diabetes.
Meski manfaat lain dari Kola Go itu bisa didapat, manfaat utamanya difokuskan pada pemeliharaan tulang dan sendi.
Kola Go tidak terbuat dari bahan kimia sintetis yang berbahaya bagi tubuh bila dikonsumsi dalam jangka panjang. Komposisi Kola Go semuanya alami.
Kelebihan lainnya adalah: Proses pengolahan Kola Go sudah menggunakan nano-technology. Dengan demikian, ukuran partikelnya sangat kecil, yakni satu per sejuta milimeter kubik. Apa artinya ini? Artinya: Bubuk Kola Go sangat mudah diserap oleh sel-sel tubuh.
